Facebook Graphics Myspace Fairies Gothic Angels Mermaids



Minggu, 20 Februari 2011

Bertemu Pada Satu Titik


Oleh : Princess Lovely-Dew

Ribuan kilometer terbentang jarak di antara kita. Aku sudah menarik jarak itu dan memperkecilnya. Jarak hanya sebuah hitungan angka. Berapapun itu lebarnya, manusia dengan mudah mampu menjangkaunya.

Lalu bagaimana dengan waktu? Kita memang tak bisa menambah waktu, juga menguranginya. Waktu memang sudah menetapkan masanya. 1 hari sama dengan 24 jam, 1 minggu adalah 7 hari, 1 tahun ada 12 bulan, 1 abad 100 tahun. Seperti itulah waktu, demikian adanya. Kegiatan menunggu tentu berkaitan dengan waktu. Mau berapa lama kita menunggu? Satu jam, 1 hari, 1 bulan, 1 tahun atau tanpa batas? Proses menunggu seringkali melibatkan emosi seseorang menjadi menaik. Biasanya orang menjadi kesal, marah , dan kecewa bila sesuatu yang ditunggunya tak kunjung hadir di hadapannya. Ini mengindikasikan bahwa menunggu adalah sesuatu yang menjengkelkan. Di sana ada harapan dan kecemasan. Berharap sesuatu atau seseorang yang ditunggunya akan segera datang dan cemas jika yang ditunggu-tunggu tak nampak kedatangannya. "Dia datang atau tidak ya?" Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Tampaknya titik itu memang jauh walaupun dia dekat. Aku mengenalnya, tapi dia tampak asing bagiku. Rindu itu memang bergelora dan kenyamanan menyelimut hangat hatiku. Namun, ada sesuatu yang tak bisa terurai. Aku ingin menyelidikinya lebih lanjut apa itu. Tapi, otakku sudah penuh dengan berpuluh pertanyaan yang tak sanggup terjawab. Ingin rasanya aku menggapaimu, namun tampaknya yang kugapai hanya pantulanmu saja. Kau terlihat bersikap ambigu. Aku menunggu biar kau saja yang menguraikannya dan aku akan merangkainya di sel-sel otakku.

Lambat laun bibir mulai sungkan berkata. Ternyata memang lidah tak bertulang. Mungkin sudah lupa beribu-ribu kata indah yang pernah terucap. Lain kali aku takkan menangkap kata-kata itu masuk ke keranjang hatiku.

Aku sudah berkorban. Apa kau tak melihatnya? Atau kau tak tahu apa itu pengorbanan? Mungkin sekarang aku mulai berpikir untuk tak meminta pengorbanan yang sama darimu. Tapi kuharap setidaknya kau hargai sedikit pengorbananku. Aku bersedia memberi dan memberi, walaupun aku punya sedikit harapan. Hanya sedikit saja kok. Aku sudah memberimu cinta, pengorbanan, waktu dan harapan.

Waktu terus bergulir. Penyebabnya adalah aku bertemu denganmu di satu titik dan sekarang ternyata aku telah mempunyai banyak titik. Titik cinta, titik harapan, titik kesabaran, titik keyakinan, titik kedewasaan dan mungkin akan terus bertambah dengan titik-titik lainnya. Terima kasih ya, walaupun awalnya titik itu dihinggapi keegoisan, ketertutupan, ketidakdewasaan, dan sikap berlebihan. Tenang saja tidak usah cemberut. Kau sudah memberikan banyak hal untukku. Aku memang sedang duduk terpekur menekuk lutut, tapi bukan bersedih dan menangis. Aku sedang belajar menggambar. Menggambar satu titik dan merangkaikannya dengan titik-titik lainnya sehingga menghasilkan satu rangkaian yang indah.

Seperti hidup kita kan? Bukankah kau pernah bilang hidup adalah rangkaian sebab akibat. Lihatlah aku sedang menggambarkannya sekarang dan aku sangat menikmatinya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar